Beberapa hari lalu, saya kebetulan ikut satu course Financial dimana ternyata disitu dibahas masalah: bagaimana kita harus menjaga penampilan kita karena kesan pertama orang yang bertemu kita adalah dalam 5-10 detik pertama. Dan katanya kalau kesannya sudah jelek, maka kesan itu akan melekat di orang itu, dan kita sulit memenangkan kembali orang itu (dalam arti mendapatkan orang tersebut menjadi client).

Terus juga ada yang mengatakan seperti ini:

  1. Kesan pertama orang itu (katakan si A) terlihat sombong dan menyebalkan. Namun ternyata setelah kenal lama orang itu ternyata tidak sombong, cuma dia punya keyakinan yang tinggi terhadap kemampuan dirinya yang sama sekali tidak dia sombongkan. Hanya saja keyakinannya itu membuat dia terkesan sombong. Dan kemudian terbukti juga bahwa dia tidak hanya punya kemampuan (kepandaian) yang melebihi rata-rata, tetapi dia juga ternyata orang yang lurus dan dapat dipercaya.
  2. Kesan pertama orang itu (katakan si B) terlihat ramah, menyenangkan, menarik dan terkesan sangat baik dan mudah menolong. Tetapi kemudian lambat laun, terlihat bahwa dia ternyata hanya memanfaatkan pergaulannya, atau hanya ingin menjual sesuatu demi kepentingannya sendiri, bahkan tidak jarang yang ternyata kemudian tidak etis, suka menyerobot bisnis orang, tidak punya etika yang baik, tidak jujur, dll.
  3. Kesan pertama orang itu (katakan si C) terlihat ramah, menyenangkan, menarik dan terkesan sangat baik dan mudah menolong. Dan ternyata kemudian memang dia seperti itu, jujur, berkemampuan dan dapat dipercaya.

Kita semua tentu sependapat, paling baik adalah kalau bisa seperti yang nomor 3. Namun pengalaman membuktikkan (minimal ini pengalaman saya pribadi), boleh dikatakan tidak pernah menjumpai orang yang seperti si C itu. Pasti ada cacat di orang itu, pasti ada sisi buruk di orang itu. Seperti kata pepatah, tidak ada gading yang tidak retak. Seperti gambar simbol IM YANG dalam filosifi Chinese, dimana tergambar diantara satu blok hitam terdapat satu titik putih, dan diantara satu blok putih terdapat satu titik hitam. Kalau istilah saya: Tidak ada orang yang begitu baik sampai tidak ada sisi hitamnya sama sekali dan tidak ada orang yang begitu jahat sehingga tidak ada sisi baiknya sama sekali. Atau tidak ada orang yang begitu bodoh sampai tidak ada satupun yang kita bisa pelajari dari dirinya.

Saya lebih sering melihat orang yang tipe 1 dan tipe 2. Dan tentunya kita sependapat bahwa kalau mesti memilih antara si A dan si B, kita akan pilih si A. Tetapi sayang seribu sayang, mata kita sering kali tertipu, perasaan kita sering kali lebih menguasi nalar kita.

Terhadap yang pertama, orang suka mengatakan: JANGAN MENILAI BUKU DARI SAMPULNYA atau dalam bahasa Inggris DON’T JUDGE THE BOOK BY ITS COVER. Itu betul sekali dan ini perlu sangat sangat kita sadari, kita perlu melatih pikiran kita, melatih nalar kita agar bekerja lebih baik daripada perasaan kita semata.

By the way, bukan berarti kita tidak perlu memperhatikan penampilan dan etika pergaulan yang baik. Ini tetap harus kita pelajari dan coba jalankan. Kalau kita tidak perduli sama sekali dan berpenampilan selebor, maka berarti kita tidak mengerti aturan bermasyarakat. Contohnya: memakai singlet ke kampus tentunya sangat sangat tidak pantas. Namun demikian yang terpenting dari itu semua adalah isi, (bukan muka yang ramah, tampan, atau cantik), tetapi , isi dada kita dan isi kepala kita, putihkah atau hitam. Setuju?

 Gouw

Jkt-Sgp, April 20, 2011