Sekarang, di masa Covid ini, banyak bermunculan webinar dan pelatihan daring. Sampai-sampai ada beberapa yang japri saya bertanya bagus tidak pelatihan ini atau itu. Susah jawabnya, jawab bagus atau tak bagus memangnya siapa saya menilai orang? Saya jawab: maaf pak/bu, baiknya ikut saja kalau mau tahu bagus atau tidaknya, sebab saya bukan siapa siapa yang berhak menilai.

Ada juga yang pernah bertanya pada saya apakah pelatihan pelatihan geoteknik saya diakui? Atau mempunyai recognition istilah kerennya.

Nah kalau semua webinar/seminar/workshop/pelatihan yang sekarang sangat marak dan bertebaran di cakrawala daring, memerlukan “recognition” dari lembaga tertentu, maka akan menjadi masalah baru. Siapa yg memberi pengakuan? Siapa yang menguji si nara sumber? Lalu apakah tidak berarti peserta juga harus diuji? Bisa bisa ujung ujungnya UUD lagi, UUD lagi, dan admin lagi, admin lagi. (UUD = ujung ujungnya duit). Belum lagi nanti jika penyelenggara webinar/seminar/pelatihan (yang sekarang marak secara daring) harus mendapat pengakuan semua. Bisa banyak yang mati suri itu penyelenggara pelatihan.

Bagi saya yang menyelenggarakan pelatihan terbuka untuk enjinir/praktisi/akademisi/mahasiswa sejak 2007 (sempat terpaksa berhenti sementara di 2020 karena Covid 19 yang hingga kini masih belum teratasi), yang terpenting saya mengajarkan full tanpa ada yg dirahasiakan dan bahan dipersiapkan betul betul dengan sesistematis mungkin bukan hanya copy paste. Serta mengarahkan dan menjelaskan bagaimana suatu teori diaplikasikan dalam praktek dan bagaimana pelaksanaan suatu sistem konstruksi geoteknik dilakukan dengan benar. Info saja bahkan banyak juga yang konsultasi gratis di pelatihan saya.

Ada juga yang bertanya sebelum mendaftar: Apakah dapat sertifikat. Dan apakah sertifikat saya diakui. Saya jawab: “Sertifikat saya berikan, saya yang tanda tangan, namun itu hanya sertifikat kehadiran dan tidak menyatakan kompetensi peserta. Diakui atau tidak saya tidak tahu. Dan kalau datang di pelatihan saya, saya tidak berharap peserta untuk mengejar dan menjadi pengumpul sertifikat. Tetapi menjadi enjinir yang haus akan ilmu dan mau meningkatkan pengetahuannya. Dan yang jelas semakin pandai anda semakin naik pula penghasilan anda.” Itu jawaban saya kepada peserta yang minta/bertanya soal sertifikat.

Soal penilaian kualitas pelatihan, itu terserah penilaian para peserta apakah bermanfaat atu tidak hadir di pelatihan saya. Info saja sejak 2007 ada cukup banyak peserta yang ikut 3-7 kali  modul pelatihan saya. Beberapa bahkan ada yang sampai 12-13 modul diikuti semua. Peserta dari mahasiswa hingga doktor dan satu dua professor.

Nah, bagi saya, itu pada akhirmya terserah mereka yang menilai bermanfaat atau tidaknya hadir dalam pelatihan geoteknik saya.

Kalau pakai pengakuan resmi berarti harus ada ujian. Ujian terhadap si pengajar dan ujian terhadap peserta. Ujian harus ketat dan tegas atas hasilnya tanpa kompromi. Dan tanpa sistem katrol seperti yang sering terpaksa dilakukan dosen dosen saat menilai ujan mahasiswa. Itu idealnya. Ini kan berarti biaya lagi. Dan bisa saja akhirnya akan muncul “lembaga penilai” yang hanya jadi tukang stempel.

Apakah kita sudah siap? Nah, akhirnya akan bagaimana??? Wong soal sertifikasi keahlian saja belum rapi. Ada banyak versi.

Jadi menurut saya yang terpenting adalah apa yang bisa saudara dapat dari satu pelatihan.

Demikian pendapat saya. πŸ™πŸ™

GTL, 2100308